Sindotime-Imam Syafi’i adalah adalah seorang ulama besar yang banyak
melakukan dialog dan pandai dalam berdebat. Sampai-sampai Harun bin Sa’id
berkata: “Seandainya Syafi’i berdebat untuk mempertahankan pendapat bahwa tiang
yang pada aslinya terbuat dari besi adalah terbuat dari kayu niscaya dia akan
menang, karena kepandainnya dalam berdebat”.
Imam Syafi’i berkata : “Aku tidak pernah berdebat untuk
mencari kemenangan”.
Imam Syafi’i berkata : “Aku mampu berhujjah dengan 10 orang
yang berilmu, tetapi aku pasti kalah dengan seorang yang jahil, karena orang
yang jahil itu tidak pernah faham landasan ilmu”.
Oleh karenanya Imam Syafi’i menasehatkan “Apabila orang bodoh mengajak berdebat
denganmu, maka sikap yang terbaik adalah diam, tidak menanggapi. Apabila kamu
melayani, maka kamu akan susah sendiri. Dan bila kamu berteman dengannya, maka
ia akan selalu menyakiti hati”.
Imam Syafi’i juga menasehatkan, “Apabila ada orang bertanya
kepadaku,“jika ditantang oleh musuh, apakah engkau diam ??”.
Jawabku kepadanya : “Sesungguhnya untuk menangkal
pintu-pintu kejahatan itu ada kuncinya”.
“Sikap diam terhadap orang yang bodoh adalah suatu
kemuliaan. Begitu pula diam untuk menjaga kehormatan adalah suatu kebaikan”.
“Apakah kamu tidak melihat bahwa seekor singa itu ditakuti
lantaran ia pendiam ?? Sedangkan seekor anjing dibuat permainan karena ia suka
menggonggong ??”.
Nasehat Imam Syafi’i yang lainnya “Orang pandir mencercaku dengan kata-kata
jelek, maka aku tidak ingin untuk menjawabnya. Dia bertambah pandir dan aku
bertambah lembut, seperti kayu wangi yang dibakar malah menambah wangi”.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah
bersabda: “Aku akan menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi orang yang
meninggalkan debat meskipun dia berada dalam pihak yang benar. Dan aku menjamin
sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun dalam
keadaan bercanda. Dan aku akan menjamin sebuah rumah di bagian teratas surga
bagi orang yang membaguskan akhlaknya.” [HR. Abu Dawud dalam Kitab al-Adab,
hadits no 4167).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Tidak ada
satu kaum yang tersesat setelah mendapat petunjuk, melainkan karena mereka suka
berjidal.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat:
“Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud
membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yg suka bertengkar. (QS Az-Zuhruf
[43]: 58 )” (HR. At-Tirmidzi no. 3253, Ibnu Majah dan Ahmad).
Imam Malik rahimahullah, berkata: “Berjidal adalah menghilangkan cahaya ilmu
dan mengeraskan hati, serta menyebabkan permusuhan.” (Ibnu Rajab, Fadhlu Ilmi
salaf ‘alal Khalaf: 35).
Kesimpulannya perdebatan yang harus dihindari adalah
perdebatan dengan orang-orang yang memperturutkan hawa nafsu.
Firman Allah ta’ala yang artinya.
“..Janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah”.(QS
Shaad [38]:26).
“Katakanlah: “Aku
tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat
demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk”
(QS An’Aam [6]:56).(mo2n)
Posting Komentar