Padang, Sindotime-Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Kapuslitbang) BMKG, Rahmat Triyono dalam tulisannya menyebutkan, Kawasan Sumatera Barat, terutama wilayah pesisir pantai, kembali diingatkan akan potensi bencana gempa bumi besar disertai tsunami yang mungkin bersumber dari sekitar kepulauan Siberut. Kewaspadaan ini didorong oleh serangkaian gempa bumi yang terjadi di pantai selatan Jawa—Cilacap pada 25 Juli dan Malang pada 26 Juli—serta gempa bumi di Papua pada 28 Juli 2015. Media cetak dan elektronik melaporkan adanya kemungkinan gempabumi dengan kekuatan 9.0 SR di wilayah Sumatera.
Ketidakpastian Prediksi Gempa
Hingga saat ini, prediksi waktu, lokasi, dan kekuatan gempa
bumi tetap merupakan tantangan besar. Negara-negara dengan teknologi seismologi
canggih seperti Amerika Serikat dan Jepang pun belum mampu memprediksi gempa
secara tepat. Penelitian hanya dapat memperkirakan potensi gempa berdasarkan
sejarah kegempaan dan seismik gap—kekosongan aktivitas kegempaan di suatu area
dibandingkan dengan sekitarnya. Data menunjukkan bahwa area sekitar kepulauan
Siberut menunjukkan sedikit aktivitas kegempaan, dan berdasarkan data dari
tahun 1900-2014, kawasan ini termasuk dalam zona seismik gap.
Potensi Bahaya Megathrust Siberut
Zona Megathrust Mentawai, termasuk kepulauan Siberut,
memiliki potensi gempabumi besar dengan magnitudo mencapai 8.9 SR. Kawasan ini
mengalami gempabumi besar pada tahun 1797 (8.7 – 8.9 SR) dan pada 1883 (8.9 -
9.1 SR) dengan periode ulang sekitar 200-300 tahun. Gempa-gempa terakhir yang
terjadi di sepanjang jalur subduksi bisa jadi mengindikasikan adanya
kemungkinan terjadinya gempa besar di masa depan, meningkatkan risiko tsunami.
Hasil Penelitian dan Ancaman Tsunami
Penelitian terbaru dari Amerika Serikat dan Singapura
melalui MEntawai GAp Tsunami Earthquake Risk Assessment (MEGA-TERA) menunjukkan
potensi ancaman gempabumi besar di sekitar kepulauan Mentawai dan Siberut dalam
20 tahun ke depan. Meskipun ketidakpastian tinggi, hasil penelitian ini penting
untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana.
Kecepatan Gelombang Seismik dan Tsunami
Gelombang seismik dan tsunami memiliki kecepatan rambat yang
berbeda, yaitu 25.200 km/jam untuk gelombang seismik dan 720 km/jam untuk
tsunami. Perbedaan ini memungkinkan penggunaan waktu antara keduanya sebagai
dasar untuk peringatan dini tsunami. BMKG memanfaatkan selisih ini untuk
memberikan peringatan tsunami. Berdasarkan pemodelan dengan software TOAST dan
WinITDB, estimasi waktu kedatangan gelombang tsunami di beberapa kota di
Sumatera Barat adalah sebagai berikut:
- Pulau Siberut: 5-7 menit
- Pulau Sipora: 5-12 menit
- Kota Padang: 20-22 menit
- Kota Pariaman: 20 menit
- Kabupaten Agam: 20-26 menit
- Kabupaten Pasaman Barat: 25-28 menit
- Kabupaten Pesisir Selatan: 25-35 menit
Estimasi ini masih dapat diperdebatkan karena bergantung
pada lokasi gempa yang diprediksi. Namun, informasi ini penting untuk
mempertimbangkan waktu evakuasi.
Pentingnya Evakuasi Mandiri
Kesiapsiagaan individu sangat penting. Setelah merasakan
gempa yang kuat, masyarakat di daerah pesisir harus segera melakukan evakuasi
ke tempat yang lebih tinggi tanpa harus menunggu peringatan resmi. Sistem
peringatan dini seperti InaTEWS adalah alat penting, tetapi kecepatan respons
individu lebih menentukan keselamatan.
Budaya Siaga dan Pendidikan
Pengalaman dari bencana Aceh 2004 menunjukkan pentingnya
budaya siaga bencana. Kearifan lokal "Smong" di pulau Simeuleu
membantu masyarakatnya selamat dari tsunami, sementara banyak korban jatuh di
daerah lain. Pembentukan budaya siaga memerlukan peran aktif pemerintah,
lembaga pendidikan, dan masyarakat. Tokoh masyarakat juga berperan penting
dalam memberikan pengetahuan dan membangun mental kesiapsiagaan.
Hasil penelitian mengenai potensi gempa dan tsunami di Megathrust Siberut harus digunakan untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat. Penting bagi setiap individu di wilayah rawan bencana untuk memahami risiko dan siap melakukan evakuasi mandiri. Dengan kesiapsiagaan yang baik, risiko dampak bencana dapat diminimalisir, melindungi nyawa dan harta benda masyarakat.(*/zoe)
Posting Komentar