Sindotime–Pendidikan pranikah bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah langkah esensial yang harus dijalani oleh setiap calon pengantin (catin). Bukan hanya untuk mempersiapkan mereka menghadapi berbagai dinamika dalam kehidupan berumah tangga, tetapi juga sebagai upaya preventif terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), yang menjadi ancaman nyata dalam masyarakat.
Menurut Ketua Harian Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Padang, Ermiati, pendidikan pranikah memberi
catin bekal pengetahuan yang diperlukan untuk mengarungi kehidupan pernikahan
dengan lebih matang dan siap. "Pendidikan pranikah tentunya akan membekali
pengetahuan bagi catin, sehingga memiliki kesiapan dan kematangan. Terutama
kesiapan fisik, biologis, dan menjadi orang tua,” ujarnya saat diwawancarai
pada Selasa (20/8/2024).
Pentingnya pendidikan pranikah bukan hanya pada kesiapan
fisik dan mental, tetapi juga dalam memahami tanggung jawab sebagai suami dan
istri, serta sebagai orang tua di masa depan. Edukasi ini mencakup berbagai
aspek, mulai dari kesehatan reproduksi, manajemen keuangan keluarga, hingga
keterampilan komunikasi yang efektif. Kesiapan mental dan emosional untuk
menjadi orang tua juga ditekankan, karena dampaknya bukan hanya dirasakan oleh
pasangan, tetapi juga oleh anak-anak yang akan mereka besarkan.
Ermiati juga menyoroti bahwa pendidikan pranikah berperan
penting dalam mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Melalui ilmu
parenting dan edukasi yang tepat, calon pengantin dapat lebih memahami peran
dan tanggung jawab masing-masing, sehingga dapat menciptakan lingkungan
keluarga yang harmonis. "Ilmu parenting dan edukasi pranikah ini sebagai
bekal bagi catin dalam berkeluarga," tambahnya.
Tantangan dalam pernikahan memang tidak bisa dihindari,
termasuk di dalamnya masalah perekonomian, perbedaan pandangan, hingga konflik
yang berpotensi memicu kekerasan. Ermiati menekankan bahwa pendidikan agama
juga memiliki peran penting dalam membentuk keluarga yang kuat dan harmonis.
"Pendidikan agama dalam keluarga juga harus diketahui, bagaimana pola
mendidik dan mengasuh anak," ujarnya.
Dalam konteks modern, di mana perkembangan teknologi dan
media sosial seringkali memperumit dinamika keluarga, pendidikan pranikah
menjadi semakin relevan. Kompleksitas permasalahan yang dihadapi keluarga
modern, seperti kecanduan gadget, peran gender yang berubah, dan tekanan
sosial, membutuhkan kesiapan mental dan strategi komunikasi yang efektif. “Di
era digital ini tentu permasalahan semakin kompleks, perlunya komunikasi dalam
keluarga, memberi ruang bercerita dan memberi pemahaman bersama anak,” jelas
Ermiati.
Pendidikan pranikah, pada akhirnya, diharapkan mampu
menciptakan generasi keluarga yang lebih sehat dan kuat, dengan mengedepankan
komunikasi yang baik dan pemahaman yang mendalam tentang peran dan tanggung
jawab dalam rumah tangga. Dengan demikian, KDRT dapat dicegah, dan keluarga
yang harmonis serta penuh kasih sayang dapat terwujud.(mo2n)
Posting Komentar