Padang, Sindotime-Persoalan sampah menjadi perhatian serius Pemprov Sumbar. Bahkan dari data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumbar, volome sampah di Sumbar mencapai 960.000 ton pada tahun 2023. Peningkatan signifikan terjadi pada 2022.
Dari jumlah tersebut, Kota Padang menjadi menyumbang
terbesar, yakni sebesar 50 persen. Bahkan, rata-rata volume sampah yang
dihasilkan dari masyarakat Kota Padang mencapai 649 ton per hari. Ini merupakan
jumlah yang cukup mencengangkan. Sementara, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah
di Sumbar sudah tidak cukup untuk menampung volume sampah yang dilhasil.
“Untuk itu, dibutuhkan kerja sama seluruh stake holder, baik
pemerintah, swasta, perguruan tinggi, masyarakat dan juga media dalam
mengkampanyekan secara terus menerus upaya-upaya pengelolaan sampah,” ujar
Kepala DLH Sumbar, Tasliatul Fuaddi saat Rakor dan Sosialisasi Pengelolaan
Sampah Berbasis Masyarakat dan Pengolahan Sampah dengan Teknologi Thermal di
Gedung Bappeda, Kamis (17/10).
Diakui, Persoalan sampah di Sumbar, di mana seluruh TPA yang
ada di Sumbar sudah mengalami overload. Karena selama ini pengelolaan sampah
Sumbar masih dengan cara pemindahan. Dan kondisi ini juga tidak didukung oleh
prilaku yang baik masyarakat dalam meminimalisir sampai hingga ke TPA.
Inilah yang perlu didorong agar masyarakat lebih paham dalam
hal pengelolaan sampah dengan pemilahan sampah organic dan an organic. Selain
itu juga mendorong pengelolaan sampah berbasis masyarakat dan nagari.
Sejauh ini, upaya yang sudah dilakukan dalam hal pengelolaan
sampah, seperti dengan memperbanyak bank sampah, rumah maggot. Hanya saja dari
mereka tidak berdaya dalam hal operasional, kemudian sarana dan prasarana.
“Inilah yang kita dorong bagaimana bisa dana-dana CSR
perusahaan yang ada di daerah bisa ikut mendorong pengelolaan sampah. Dan
kepada masing-masing kepala daerah juga diminta untuk berpartisipasi aktif
dalam penanganan sampah ini,” ungkapnya.
Kepala Bappeda Sumbar, Medi Iswandi menyebut, pengelolaan
sampah harus dimulai dari hulu ke hilir. Kalau hulunya seperti bagaimana sampah
ini dihasilkan rumah tangga, industry sampai dibuang ke TPA. Hilirnya kerusakan
infrastruktur, akibat bencana alam yang berujung kepada pembebanan anggaran
ketika timbul permasalah-permasalahan tersebut, yang membutuhkan anggaran baru.
Ini akan mempengaruhi prioritas pembangunan .
“Pengelolaan sampah di hulu ini merupakan yang sangat
strategis yang harus dimaksimalkan. Jadi kita tidak memulai lagi dari awal,
tapi bagaimana memaksimalkan, sehingga sampah itu tidak bermuara ke tempat
pembuangan akhir,” sebut Medi.
Ke depan, sampah ini diharapkan bisa menjadi system ekonomi
baru, untuk menjadi bagian dari pendapatan masyarakat. Jika ini bisa dilakukan,
maka fokus pembangunan akan bisa dikonsentrasikan kepada tingkat kesejahteraan
masyarakat.
Dirut PT Indo Power Internasional, Harun Al Rosyid
menjelaskan, saat ini, sudah ada teknologi untuk mengolah sampah, seperti
dengan memanfaatkan teknologi thermal yang sudah dilaksanakan di berbagai
Negara maju.
Dia berharap, dengan adanya teknologi ini, persoalan sampah
yang kini menjadi momok bagi seluruh daerah di Indonesia bisa teratasi. Dan di
Indonesia sendiri sudah ada 70 lokasi yang menggunakan mesin pengolahan sampah,
termasuk Banyumas sebagai percontohan atau kota terbaik di Asean dalam hal
pengolahan sampah.
“Teknologi thermal ini adalah mengolah sampah sampai habis. Dan sampah bisa menjadi sikular ekonomi, seperti bisa jadi batako, makan maggot dan juga bisa jadi kompos. Atau yang bagus bisa diolah menjadi bahan bakar minyak,” sebut Harun Al Rosyid.(zoe)
Posting Komentar