WWW.SINDOTIME.COM

Kami juga membuka ruang bagi masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasi

Pemerintah dan Masyarakat Komit Jaga Kerukunan Melalui Desa Sadar Kerukunan

ARAHAN: Kakan Kemenag Padang, Edy Oktafiandi ketika memberikan arahan kepada peserta kegiatan temu ramah lintas agama desa sadar kerukunan kelurahan belakang pondok yang bertajuk “Agama Dalam Era Digital Peluang dan tantangan Untuk Toleransi”, belangsung di Gedung St. Santa Yusuf, Kota Padang pada Rabu (6/11).(harris tj/sindotime)


Padang, Sindotime-Moderasi Beragama menjadi program prioritas Kementerian Agama di Kota Padang yang telah terbentuk dua yakninya kampung kerukunan dan kampung toleransi kesemuanya itu wujudnya satu bagaimana masyarakat di daerah tersebut bisa hidup berdampingan dengan, aman, nyaman, dan damai.

Demikian sepenggal ungkapan yang disampaikan Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Padang, Edy Oktafiandi saat berikan penguatan pada kegiatan temu ramah lintas agama desa sadar kerukunan kelurahan belakang pondok yang bertajuk “Agama Dalam Era Digital Peluang dan tantangan Untuk Toleransi”, belangsung di Gedung St. Santa Yusuf, Kota Padang pada Rabu (6/11). 
  
Menurutnya, kehadiran teknologi bukan untuk menjadikan manusia menjadi lebih sulit atau menyulitkan kehidupan. "Namun kehadiran teknologi justru membawa peradaban baru agar manusia lebih bisa memanfaatkan untuk kesejahteraan manusia dalam menjalankan kehidupan ini," terang Edy. 

Meskipun pada kenyataannya kehadiran teknologi khususnya digitalisasi muncul tantangan baru. Perkembangan dunia digital telah menyasar di segala sisi kehidupan dan hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak dipengaruhi oleh proses digitalisasi. 

Masalahnya adalah bagaimana memanajemen masyarakat agar pengguna internet mampu menerima informasi dengan diimbangi kemampuan mengelolah informasi tersebut. "Secara baik sehingga menjauhkan dari banyaknya masyarakat yang terpapar oleh informasi yang tidak benar," sambung Edy.

Manajemen masyarakat melalui pemahaman bahwa menjadi warga negara digital di antaranya menjadi warga negara yang hidup dilingkungan masyarakat yang majemuk, multikulturasi yang harus sopan santun, penuh tenggang rasa dengan tetap menjujung tinggi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia Pancasila.

Kata Edy ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar bisa hidup dan bertoleransi di ruang digital di antaranya, berpikir tidak pada kontek diri kita tapi pada kontek keseluruhan, taat hukum dimanapun kita hidup dengan mematuhi aturan menjadi landasan pokok.

Menegakkan orang lain, membantu dan menjadikan orang lain maju bersama akan menciptakan pergaulan yang lebih akrap dan kekeluargaan. "Semua kita saudara karena ciptaan Tuhan yang sama, maka jangan sampai tindakan kita justru membuat pecah belah", terang putra kubu marapalam, Kota Padang tersebut.

Tidak mengharuskah dan kukuh karena memaksakan kehendak tidak akan bisa diterima secara umum, tenggang rasa perlu adanya kesadaran akan tepa selira, dan terus memperbaiki diri.

Sementara itu, Kepala Kanwil Kemenag Sumbar diwakili Kepala Bidang Pendidikan Madrasah, Hendri Pani Dias, saat membuka kegiatan tersebut menjelaskan, perbedaan adalah sebuah keniscayaan. 

"Pada saat perbedaan disikapi itu menjadi hal yang luar biasa. Perbedaan bukan hanya persoalan agama, dalam rumah tanggapun perbedaan tersebut juga muncul. Maka perbedaan harus disikapi dan dimanage secara baik," terang Hendri.

Lebih jauh, di jelaskan Hendri bahwa semenjak zaman nabi sudah ada Satifah Bani Saidah, dan ada piagam Madinah, di mana zaman itu, semua pemeluk agama sudah duduk semeja. Jika hari ini masih ada orang bergontok-gontokan karena berbeda agama, itu sudah ketinggalan zaman dan tidak update sejarah.

Maka bila dipetik dari sejarah, lanjut Kabid Pedmad, maka Kementerian Agama memandang perlu adanya desa sadar kerukunan. Desa sadar kerukunan, sebuah prototype, bagaimana kerukunan itu terimplementasi dalam kehidupan, pergaulan, tatanan sosial, ekonomi, budaya dan kerja sama.
Sebab kalau tidak ada kampung kerukunan, nilai-nilai harmonisasi itu kerap kali hanya dalam teori, dalam wacana, dalam konsep, implementasinya tidak ada dan masih minim dalam prakteknya.

Dalam pelaksanaan kampung atau desa sadar kerukunan di lapangan, ada beberapa tugas yang melekat dikampung kerukunan. Pertama, membangun komunikasi yang intens antar umat beragama.
“Komunikasi yang intens itu sama dengan kita membuat garis lurus, semakin panjang garis itu kita tarik, kecendrungan melingkarnya semakin besar. Begitu juga sebalikny, semakin pendek kita membuat garisny kecendrungan untuk melengkung itu kecil," pungkas Hendri.

Kegaitan tersebut diikuti oleh, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Sumatera Barat atau yang mewakili, Kakan Kemenag Kota Padang, Kasubbag TU, Zulfahmi, Kabag Kesra Kota Padang Jasman, Kesbangpol, Lurah, Ketua FKUB Kota Padang, Forkopimca, Tokoh masyarakat dan ratusan peserta lintas agama dan undangan lainnya.(Harris Tj)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama

Advertise

advertise