Padang, Sindotime-Wakil Menteri (Wamen) Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM), Helvi Yuni Moriza hadir di acara Andalas Business Matching
(ABM) 2 yang digelar oleh Universitas Andalas, ini sebagai bentuk dukungan
terhadap pertumbuhan UMKM di Sumbar.
Kegiatan sekaligus menjadi platform strategis untuk
memfasilitasi kolaborasi berbagai pihak, termasuk akademisi, pelaku usaha,
pemerintah, dan investor, guna membuka peluang bisnis yang lebih besar bagi
UMKM.
Helvi Yuni Moriza mengungkapkan bahwa ABM 2 adalah contoh
nyata pentingnya sinergi lintas sektor dalam menghadapi tantangan yang dihadapi
UMKM. "Di tengah persaingan global yang semakin ketat, kemitraan adalah
kunci untuk memastikan UMKM tidak hanya bertahan, tetapi juga mampu berkembang
dan bersaing di pasar internasional," ujarnya saat membuka acara di ZHM
Premiere Hotel Padang pada Senin (9/12).
UMKM, yang saat ini jumlahnya lebih dari 64,2 juta unit
usaha, merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Dengan kontribusi
sebesar 60,5 persen terhadap PDB nasional dan menyerap hampir 97 persen tenaga
kerja, UMKM memiliki peran vital dalam perekonomian. Namun, di balik
angka-angka tersebut, masih terdapat tantangan besar yang perlu diatasi, salah
satunya adalah rendahnya partisipasi UMKM dalam Rantai Pasok Global (Global
Value Chain/GVC). Ini menunjukkan bahwa banyak produk UMKM belum cukup
kompetitif untuk masuk ke pasar internasional, serta sebagian besar UMKM belum
terhubung dengan rantai pasok industri.
Untuk menjawab tantangan ini, pemerintah melalui Peraturan
Pemerintah (PP) No. 7 Tahun 2021 telah menetapkan kebijakan afirmasi yang
memberikan kesempatan bagi UMKM untuk tumbuh. Kebijakan tersebut antara lain
mencakup alokasi 40 persen pengadaan barang dan jasa pemerintah untuk usaha
mikro, kecil, dan koperasi serta pengalokasian 30 persen infrastruktur publik
untuk UMKM. "Kebijakan ini diharapkan dapat memperluas pasar bagi
UMKM," kata Helvi.
Kemitraan antara UMKM dengan korporasi besar, perguruan
tinggi, dan pemerintah diharapkan dapat mendorong peningkatan kapasitas usaha,
memperluas jaringan pasar, serta menginovasi produk dan layanan. Kolaborasi ini
memberi UMKM kesempatan untuk mengakses pasar lebih luas, baik nasional maupun
internasional, serta memperoleh pendampingan dan pelatihan untuk meningkatkan
kualitas produk dan efisiensi usaha. Selain itu, penerapan teknologi dan
inovasi menjadi penting untuk menghadapi kompetisi pasar global.
Kementerian UMKM memiliki sejumlah program untuk membantu
UMKM naik kelas, seperti INABUYER, sebuah platform yang menghubungkan UMKM
dengan korporasi besar, BUMN, dan pemerintah. Melalui INABUYER, UMKM dapat
memasarkan produk mereka ke pembeli potensial dalam skala besar. Pada 2024,
platform ini telah mencatatkan transaksi lebih dari Rp20 triliun, dengan nilai
kerja sama dalam rantai pasok antara UMKM, pemerintah, dan BUMN mencapai Rp1,5
triliun.
Program Kampus UMKM juga hadir untuk mendukung pelaku usaha
agar bisa Go Export, Go Digital, dan Go Standard. Melalui program ini, UMKM mendapatkan
pelatihan, pendampingan, dan akses teknologi untuk meningkatkan daya saing
mereka.
Helvi Yuni Moriza juga mengapresiasi peran Universitas
Andalas yang menjadi penghubung strategis antara akademisi, dunia usaha, dan
pemerintah. "Kami berharap kolaborasi antara Kementerian UMKM, Universitas
Andalas, dunia usaha, dan investor dapat memberikan dampak nyata bagi UMKM di
Sumatera Barat dan membantu mereka menembus pasar internasional,"
tambahnya.(*/zoe)
Posting Komentar