Padang, Sindotime-Bagi kalangan penikmat musik di tanah air, nama Guslian
mungkin sudah tidak asing lagi. Ya, ini karena sudah ratusan karya musik yang
sudah dilahirkannya. Tapi mengapa saat ini nasibnya begitu miris, dan masih
adakah seniman Sumbar yang peduli?
Memprihatinkan. Demikian kehidupan pria berusia 47 tahun
ini. Bahkan kini dia terpaksa numpang tinggal di gubuk kayu reyot berukuran 2x2
meter di Kompleks Mega Permai I Blok H3 No.6 Ujung, Kelurahan Padang Sarai,
Padang. Inipun dia dapatkan dari kedermawanan Afrianto yang notabene juga hanya
bekerja sebagai tukang bangunan yang penghasilannya tidak seberapa, dan sejak
bulan lalu juga tak ada job yang masuk, hingga terpaksa dirinya nganggur.
Tapi bagi Guslian, tempat berteduh tersebut sudah bagaikan
istana dengan keadaannya saat ini. Walau harus diakui, jangankan pintu, pondok
tersebut pun boleh dikatakan tepatnya seperti pos pemuda yang sering digunakan
sebagai tempat menggelar pertemuan. Dan jauh dari kata layak untuk dijadikan
tempat tinggal.
Betapa tidak, atap pondok tersebut juga sudah berlubang dan
dilapisi terpal agar tidak masuk air di saat hujan. Sebagian sisi gubuk
tersebut juga ditempeli dengan kayu-kayu bekas tempat tidur, dan ditutupi
dengan terpal untuk dindingnya sebagai penahan dingin di saat malam tiba.
“Beginilah kehidupan saya bang. Di pondok inilah saya tidur,
makan, membuat lagu, semuanya saya kerjakan di sini,” aku pria yang akrab
disapa Gus tersebut saat dijumpai Padang Ekspres di gubuk penampungan yang kini
menjadi tempat tinggalnya, Senin (2/12).
Dia juga tidak menampik jika, sejak ekonominya anjlok
beberapa tahun lalu, dia terpaksa membanting tulang sebagai Master Ceremony
(MC) di berbagai organ tunggal di acara baralek. Dan kalau job menyanyi lagi
kosong, dirinya terpaksa harus menjadi kuli bangunan. Semuanya itu terpaksa dia
lakukan, karena dia sadar begitu beratnya tanggung jawab sebagai kepala
keluarga demi bisa menafkahi istri dan satu anaknya.
Tapi sayang, ibarat kata pepatah, sudah jatuh ditimpa tangga
pula. Di mana, di saat dia mencoba bertahan hidup untuk menafkahi keluarganya,
dengan pekerjaan serabutan di Pesisir Selatan, istrinya pun tidak tahan dengan
kondisi tersebut. Sehingga pun juga ikut-ikutan meninggalkan dirinya dengan
kabur ke Malaysia.
Betapa hancurnya hatinya saat itu. Anak satu-satunya, Azka
Alfarizky yang kini berusia sekitar 3 tahun, terpaksa dititip bersama
mertuanya. Sesekali dia terlihat murung dan menyendiri bila terkenang sang buah
hati yang kini masih membutuhkan uluran tangan dan biaya yang tak sedikit.
Sementara kondisinya saat ini juga sedang morat-marit.
Jangankan untuk mengirimkan uang kepada buah hatinya, untuk
sekadar makan saja, hingga kini dia masih mengharapkan belas kasihan dari Af.
Bahkan kadang kalau, tidak punya uang, dia terpaksa harus menahan lapar untuk
beberapa hari.
Lahirkan Ratusan Karya
Namun harus diakui, biacara soal karya, mungkin sudah
ratusan karya yang dilahirkannya. Bahkan puluhan dari lagu-lagu yang telah
diciptakan, baik yang dinyanyikannya sendiri atau pun dinyanyikan artis minang
terkenal lainnya, juga sempat booming.
“Kalau dihitung semuanya, mungkin jumlah lagu yang sudah
saya lahirkan mencapai ratusan karya. Dan tak sedikit juga artis-artis minang
yang telah membawakan karya-karya saya tersebut,” ujar pria kelahiran 25
Agustus 1977 tersebut.
Bahkan bicara soal gendre musik, sudah banyak gendre yang
sudah dimainkan lelaki yang akrab disapa Gus. Mulai dari pop standar minang,
pop Indonesia hingga slowrock Melayu. Dan saat ini keberadaannya masih mendapat
tempat di hati masyarakat Indonesia.
Menariknya, di kalangan musik ranah minang saja misalnya,
tak sedikit karyanya yang sudah dibawakan oleh sejumlah artis minang ternama.
Sebut saja seperti David Iztambul, Ovie Firsty, Andra Respati, Fany Fabiola,
Ayesa feat Ifandra dan Febian yang nama mereka boleh dikatakan besar juga tak terlepas
dari campur tangan Guslian.
Seperti lagu minang berjudul Cinto Tapandam misalnya. Lagu
Ciptaan Guslian ini sukses melambungkan nama Davit Iztambul. Lalu lagu karya
Guslian lainnya yakni Hilang janji sakijok, Cinto Sakulik Ari, Gamang Jatuah
Cinto yang juga telah membesarkan nama Ovie Firty.
Begitu juga dengan lagu Laura yang dibawakan Andra Respati,
kemudian juga Jurang Pemisah, Satu Antara Seribu yang dibawakan Fanny Fabiola,
lalu lagu Cinto Bukan Mainan yang dibawakan Ayesa feat Ifandra serta lagu Menunggu
Sang Bulan Jatuh, Kasmaran yang pernah dibawakan oleh Febian. Dan masih banyak
musisi-musisi ternama lainnya yang membawa karyanya.
Hanya saja, kini para artis tersebut bagaikan menutup mata,
dan tidak sadar jika Guslian termasuk salah satu orang yang sudah berjasa di
balik ketenaran yang saat ini dimiliki. Bahkan boleh dikatakan tak ada balasan
apa pun dari keuntungan jutaan rupiah yang telah diraup para artis tersebut
dari karya-karya besar sang Maestro, Guslian.
“Sampai kini memang tak ada bang. Allah saja lah yang akan
membalasnya nanti bang,” pinta maestro kelahiran Aia Bangis, Pasaman Barat
tersebut.
Mengaku Kecewa
Hal senada juga diungkapkan Ketua DPD Persatuan Artis
Pencipta Lagu Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI) Sumbar, Husin Daruhan. Mantan
Sekkab Limapuluh Kota tersebut juga tidak menampik jika kurangnya penghargaan
dari penyanyi terhadap pencipta lagu menjadi persoalan serius yang dihadapi
PAPPRI saat ini.
Bahkan, dia juga sudah membicarakan hal tersebut di internal
mereka, namun tetap saja belum mampu menggugah simpatik dari para artis
tersebut. Apalagi kalau nama mereka sudah besar, sehingga mereka menjelma
menjadi kacang yang sudah lupa pada kulitnya.
“Jadi itulah yang dilemanya saat ini. Para pencipta ini bau
peluh, sementara para penyanyi itu bau parfum. Padahal besar nama mereka itu
dari pencipta. Jadi jujur saya akui sebenarnya saya kecewa dengan hal seperti
ini,” akunya.
Untuk itu, dia berpesan kepada para artis yang memakai karya
orang lain agar juga mau memperhatikan pencipta. Karena terkadang kebanyakan
para artis tersebut, kalau sudah tenar, mereka tidak tahu menahu siapa yang
menciptakan karya tesebut.
Selain itu, kepada dinas terkait, seperti Dinas Kebudayaan
juga diminta jangan sampai luput perhatiannya terhadap kalangan seniman. Karena
bagaimana pun, para seniman tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab
segelintir orang, tapi juga adalah warga dari pemerintah yang butuh perhatian.
Terutama bagi mereka-mereka yang tidak memiliki tempat tinggal.
Dan kepada para pencipta lagu juga diminta agar jangan
mudah-mudahnya saja memberikan karya mereka. Jangan sampai hanya di kasih satu
bungkus rokok, lalu lagu tersebut sudah dikasih ke penyanyi.
Sempat Mengalahkan Sultan
Sekadar diketahui, Guslian sendiri sudah mengenal dunia
musik sejak berusia 4 tahun, bahkan kelas 4 SD, dia juga sudah mulai manggung
pada 1987 di berbagai kampung di daerahnya di Pasaman Barat. Bahkan karena
hobinya itu juga membuat dia akhirnya tidak sampai menamatkan bangku SMP.
Bahkan tak sedikit prestasi bergengsi yang telah
didapatkannya hasil mengikuti berbagai lomba lagu minang se-Sumbar yang telah
diikutinya. Dan mulai masuk dapur rekan sekitar tahun 1995 yang didukung oleh
Alhadi Sahputra yang pada umumnya banyak menciptakan lagu yang dibawakan Oddie
Malik. Dan kemudian ketemu dengan Amir Sampuraga rekaman lagu.
Dan setelah itu mulai menulis lagu, hingga akhirnya berhasil
menulis lagu perdana Akhir Cinta Luka pada 2002 yang bekerjasama dengan Gita
Virma Record, Bukittinggi. Bahkan lagu tersebut sempat meledak dan banyak
dicover tidak hanya di dalam Sumbar, namun juga di beragai Negara tetangga
seperti Singapura, Malayasia, Brunai Darusallam.
Hingga akhirnya kembali meluncurkan lagu Melati Yang Pergi
yang kebetulan berbarengan dengan peluncuran lagu dari Sultan. Tapi nasib
syukurlah bepihak kepadanya sehingga lagunya booming, sementara lagu Sultan tak
sempat booming.
Bahkan terakhir dia juga baru saja meluncurkan lagu Melati
Yang pergi versi metal yang dirilis pada 2 Desember lalu di channel Youtube
Guslian, dan Sebening Embun pada 4 Desember lalu. Bahkan juga akan meluncurkan
lagu Karena Harta Kau Memilihnya ciptaan Zulkarnaini dalam waktu dekat.(zoe)
Posting Komentar