Padang, Padek-Sebanyak 75 niniak mamak dari pengurus Lembaga
Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kabupaten/Kota se-Sumatera Barat
mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) Peningkatan Kapasitas Lembaga Adat yang
digelar Dinas Kebudayaan Sumbar.
Kegiatan bertemakan "Alua samo dituruik, limbago samo
dituang," ini dalam rangka melestarikan adat dan budaya Minangkabau di
tengah arus modernisasi, yang bertujuan untuk memperkaya pengetahuan dan
keterampilan niniak mamak, pemimpin adat, agar dapat mengatasi tantangan zaman
yang semakin kompleks.
Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Sumbar, Jefrinal Arifin menyebut,
kekhawatirannya terhadap tantangan terbesar saat ini. Bagaimana generasi muda
bisa terus mewarisi nilai-nilai adat Minangkabau dengan baik, baik di rantau
maupun di ranah. Ia berharap para niniak mamak yang mengikuti Bimtek ini dapat
menjadi agen perubahan, mengajarkan kebudayaan Minangkabau kepada generasi
muda.
Lebih lanjut, Jefrinal juga mengusulkan agar niniak mamak
dapat bekerja sama dengan sekolah, guna memperluas transfer pengetahuan dan
budaya kepada para guru, yang pada gilirannya dapat mendidik siswa-siswanya.
Ia menambahkan, Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat
juga akan mengadakan Bimtek terkait adat dan budaya Minangkabau di berbagai
daerah rantau, seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Kepala LKAAM Sumbar, Fauzi Bahar mengakui keprihatinannya
terhadap hilangnya kebudayaan dan bahasa Minangkabau di kalangan generasi muda.
Menurutnya, selain adat, bahasa daerah juga perlu diperhatikan agar tidak
tergerus oleh dominasi bahasa Indonesia. Ia menyarankan agar kebudayaan
Minangkabau, termasuk bahasa, diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan formal
untuk membentuk karakter generasi muda yang berakhlak dan berbudi pekerti baik.
Pembahasan dalam acara tersebut juga menyentuh isu agraria,
khususnya terkait tanah ulayat yang sering menimbulkan permasalahan dalam
kepemilikan dan pemanfaatannya. Fauzi Bahar menekankan pentingnya peran niniak
mamak dalam menguasai masalah ini dan menjadi saksi ahli jika terjadi sengketa
hukum terkait tanah. Selain itu, ia juga menyoroti lambatnya proses pembangunan
jalan tol di Sumatera Barat, yang terkendala oleh sengketa tanah dan klaim
kepemilikan yang saling bertentangan.
Fauzi Bahar juga mengingatkan pentingnya percepatan
sertifikasi tanah, untuk mencegah konflik agraria. Ia mengimbau niniak mamak
untuk mendukung masyarakat dalam proses sertifikasi tanah, karena tanah yang
tidak bersertifikat rawan menjadi sumber masalah di masa depan.
Jefrinal Arifin menambahkan bahwa kegiatan ini mendukung program unggulan Gubernur Sumatera Barat, yakni Sumbar Religius dan Berbudaya. Ia berharap program ini dapat mengedepankan filosofi "Adaik Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah," dan melibatkan niniak mamak, cadiak pandai, alim ulama, serta generasi muda dalam menjaga dan melestarikan budaya Minangkabau.(*/zoe)
Posting Komentar