OLEH : Hesti Permata Aulia Simbolon (Mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi, Unand) PESATNYA zaman dan perkembangan teknologi dengan mudah me...
OLEH : Hesti Permata Aulia Simbolon
(Mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi, Unand)
PESATNYA zaman dan perkembangan teknologi dengan mudah mengubah wajah
dunia secara masif, pertanyaan mengenai relevansi nilai-nilai tradisional
semakin sering dipertanyakan. Dalam masyarakat yang terus berkembang, banyak
yang mempertanyakan apakah tradisi lama masih memiliki tempat di dunia yang
serba cepat dan digital ini. Salah satu tradisi yang menarik untuk dibahas
adalah tradisi Sadakah Limau. Melalui tradisi ini, kita dapat menilai
apakah nilai-nilai tradisional masih memiliki relevansi dalam kehidupan modern.
Nagari Kinari yang terletak di Kecamatan Bukit Sundi, Kabupaten Solok
memiliki sebuah tradisi yang dilaksanakan setiap satu hari sebelum bulan
Ramadhan, tradisi Sadakah Limau. Tradisi ini bertujuan untuk mengenang
anggota keluarga yang sudah meninggal, mempererat tali silaturahmi dan ajang
saling bermaafan antar sesama masyarakat pada sore hari. Dalam tradisi ini,
keluarga yang ingin ikut serta terlebih dahulu menyiapkan “pucuak” yang terbuat
dari daun kelapa yang masih muda yang kemudian dirangkai menyerupai janur dan
dibawa ke pusat keramaian tempat basidakah limau sore harinya, biasanya
lokasinya diadakan di halaman kantor wali nagari.
Selain itu, Sadakah Limau seperti memberikan jawaban atas permasalahan
dalam dunia yang kian individualis dan banyaknya nilai-nilai serta kultural
yang mulai terpinggirkan. Pada dasarnya, nilai tradisional ini mengajarkan kita
untuk tidak melupakan asal-usul dan budaya kita, serta untuk terus merawat
hubungan sosial, terutama dengan keluarga dan tetangga.
Di zaman modern ini, Ketika akses informasi menjadi lebih cepat,
komunikasi menjadi lebih efisien, manusia kerap kali memandang nilai-nilai
sosial sebelah mata. Namun, masyarakat Kinari tetap melestarikan tradisi ini
sebagai acara sosial yang menyatukan masyarakat, menjaga hubungan antar sesama,
dan sebuah pengingat akan pentingnya hubungan sosial dan keberagaman budaya
yang tetap perlu dijaga.
Namun, mempertahankan tradisi seperti Sadakah Limau tidaklah mudah.
Dalam era globalisasi, banyak masyarakat yang lebih tertarik pada tren-tren
baru yang dating dari luar, sementara tradisi local sering kali dianggap kuno
atau tidak relevan. Perubahan pola pikir ini, ditambah dengan arus informasi
yang datang begitu cepat, dapat membuat banyak orang lupa atau enggan untuk melibatkan
diri dalam praktik-praktik tradisional.
Hal ini menjadi tantangan besar, terutama bagi generasi muda yang lebuh
akrab dengan media sosial darpada dengan adat dan tradisi. Tetapi, di sinilah
pentingnya peran masyarakat dan pemerintah untuk terus mengedukasi tentang
pentingnya melestarikan tradisi.(***)
Keren Hesti
ReplyDelete