DISOSIALISASIKAN: Para siswa terlihat antusias dalam pengenalan adat dan budaya lokal yang disosialisasikan Disdikbud Padang Panjang bersama Bundo Kanduang Padang Panjang.(pemko padang panjang)
Padang Panjang, Sindotime—Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Padang Panjang bersama Bundo
Kanduang menyapa para siswa di sejumlah sekolah, Sabtu (31/5). Ini dalam upaya
memperkuat karakter generasi muda melalui pengenalan adat dan budaya lokal.
Kegiatan edukatif ini dilaksanakan di enam sekolah, yakni
SMPN 1, SMPN 5, SDN 11, SDN 9, SDN 6, dan SDN 3. Para pelajar dari kelas V SD
serta kelas VII dan VIII SMP tampak antusias mengikuti sesi pembelajaran yang
diisi dengan nilai-nilai kearifan lokal Minangkabau.
Anggota Bundo Kanduang Kota
Padang Panjang memberikan materi seputar Sumbang 12 untuk perempuan, Sumbang 6
untuk laki-laki, Kato Nan Ampek, serta peran penting Bundo Kanduang dalam
struktur sosial masyarakat Minangkabau.
“Program ini merupakan bagian
dari visi Wali Kota Hendri Arnis dan Wakil Wali Kota Allex Saputra dalam
melestarikan budaya Minangkabau di tengah arus modernisasi yang kian deras,”
ujar Kepala Disdikbud Nasrul. Ia menambahkan, kegiatan ini akan dirancang secara
berkelanjutan dengan melibatkan seluruh elemen adat seperti Ninik Mamak dan
Alim Ulama.
Ketua Bundo Kanduang Kota,
Nefertiti, menekankan pentingnya memperkenalkan identitas diri kepada anak-anak
sejak dini. “Kami ingin anak-anak tahu siapa mamaknya, apa sukunya. Saat ini,
banyak yang bahkan tidak tahu asal usulnya sendiri,” ungkapnya.
Ia juga menjelaskan bahwa
tugas Bundo Kanduang bukan hanya mengenalkan adat dan budaya, tetapi juga
mengajarkan cara bersikap dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Minangkabau.
“Anak-anak perlu memahami bagaimana bertutur kepada yang lebih tua (mandaki),
sebaya (mandata), dan kepada yang lebih muda (manurun). Ini bagian dari Kato
Nan Ampek yang sangat penting dalam kehidupan sosial kita,” tambahnya.
Kegiatan ini mendapat sambutan
positif dari pihak sekolah. Kepala SMPN 1 Padang Panjang, Ermita, menyampaikan
apresiasinya. “Kami merasa beruntung karena sekolah kami dipilih. Ini sangat
penting untuk menanamkan nilai sopan santun dan tata krama kepada siswa,”
katanya.
Senada, Kepala SMPN 5, Milda
Guza, menyebut program ini sangat membantu mengisi kekosongan setelah mata
pelajaran Budaya Alam Minangkabau (BAM) tidak lagi masuk dalam kurikulum.
“Melalui kehadiran Bundo Kanduang, siswa lebih memahami batas-batas nilai dan
norma yang berlaku dalam budaya kita. Ini juga mendukung pelaksanaan Program P5
(Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) yang sedang kami jalankan,”
jelasnya.
Dengan pendekatan langsung
dari tokoh adat, kegiatan ini dinilai menjadi langkah strategis untuk menanamkan
nilai-nilai kearifan lokal pada generasi muda, membentuk pribadi yang santun,
berakar pada budaya, dan siap menyongsong masa depan tanpa kehilangan
identitas.(*/zoe)