Oleh : Dr. M. A. DALMENDA, M.Si
(Sekretaris Program Magister Komunikasi Fisip Unand)
POLA komunikasi yang terjadi dalam masyarakat Nagari Adat di Minagkabau Sumatera Barat yang merupakan sistem sosial yang kaya akan tradisi dan nilai-nilai budaya. Dalam konteks ini, pola komunikasi tidak hanya mencakup interaksi verbal, tetapi juga simbol-simbol, ritual, dan norma-norma yang membentuk cara masyarakat berinteraksi satu sama lain. Melalui pemahaman pola komunikasi ini, kita dapat lebih menghargai kekayaan budaya dan cara hidup masyarakat Nagari.
Mengkaji nagari adat di Minangkabau ditinjau dari perspekstif ilmu komunikasi untuk menemukan pola komunikasi nagari adat di Minangkabau memainkan peran penting dalam memahami pola komunikasi yang terjadi dalam Masyarakat.Beberapa teori komunikasi yang relevan dan bagaimana teori-teori tersebut dapat diterapkan untuk menganalisis dan memahami dinamika komunikasi dalam masyarakat nagari adat Minangkabau, yang kaya akan tradisi dan nilai-nilai budaya.
Pertama, Teori Interaksi Simbolik:Teori interaksi simbolik berfokus pada bagaimana individu berinteraksi dan membangun makna melalui simbol-simbol, seperti bahasa dan tindakan. Dalam konteks nagari adat di Minangkabau, interaksi simbolik dapat dilihat dalam berbagai ritual dan upacara adat yang melibatkan komunikasi verbal dan non-verbal. Misalnya, penggunaan bahasa Minangkabau dalam upacara adat mencerminkan identitas budaya dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
Kedua, Teori Konstruktivisme Sosial:Teori konstruktivisme sosial menekankan bahwa pengetahuan dan makna dibangun melalui interaksi sosial. Dalam nagari adat, masyarakat Minangkabau membangun pemahaman tentang norma dan nilai melalui komunikasi antaranggota komunitas. Diskusi dalam forum adat, musyawarah, dan pertemuan keluarga adalah contoh bagaimana masyarakat menciptakan dan mempertahankan struktur sosial mereka melalui komunikasi.
Ketiga, Teori Difusi Inovasi:Teori difusi inovasi menjelaskan bagaimana ide, praktik, dan teknologi baru menyebar dalam suatu komunitas. Dalam konteks nagari adat, teori ini dapat digunakan untuk menganalisis bagaimana nilai-nilai modern dan perubahan sosial mempengaruhi pola komunikasi tradisional. Misalnya, penggunaan media sosial oleh generasi muda Minangkabau dapat dilihat sebagai inovasi yang mempengaruhi cara mereka berkomunikasi dan berinteraksi dengan tradisi adat.
Keempat, Teori Agenda Setting:Teori agenda setting menjelaskan bagaimana media dapat mempengaruhi perhatian publik terhadap isu-isu tertentu. Dalam nagari adat, komunikasi melalui media lokal atau forum adat dapat membentuk agenda komunitas dan mempengaruhi keputusan kolektif. Misalnya, isu-isu terkait pelestarian budaya atau lingkungan dapat menjadi fokus komunikasi yang mempengaruhi tindakan masyarakat.
Kelima, Teori Komunikasi Antarbudaya: Teori komunikasi antarbudaya penting untuk memahami interaksi antara masyarakat Minangkabau dan budaya lain. Dalam konteks nagari adat, komunikasi antarbudaya dapat terjadi melalui pernikahan lintas budaya, perdagangan, atau pertukaran budaya lainnya. Memahami perbedaan dan kesamaan dalam pola komunikasi dapat membantu membangun hubungan yang harmonis antara berbagai kelompok budaya.
Teori-teori komunikasi yang dijjelaskan di atas tersebut memberikan kerangka kerja yang berguna untuk menganalisis pola komunikasi dalam nagari adat di Minangkabau. Dengan memahami bagaimana komunikasi berfungsi dalam konteks budaya yang kaya ini, kita dapat lebih menghargai nilai-nilai dan tradisi yang membentuk identitas masyarakat Minangkabau. Melalui penerapan teori-teori ini, kita dapat menggali lebih dalam tentang dinamika komunikasi yang ada dan bagaimana hal tersebut berkontribusi pada keberlanjutan budaya dan sosial di nagari adat.
Pola ilmu komunikasi yang dapat diterapkan dalam konteks komunikasi nagari adat di Minangkabau dengan kekayaan budaya dan tradisi yang mendalam, memiliki cara unik dalam berkomunikasi yang mencerminkan nilai-nilai adat dan norma sosial masyarakatnya. Melalui pemahaman pola komunikasi, kita dapat lebih menghargai dan melestarikan warisan budaya yang ada, sebab komunikasi tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan informasi, tetapi juga sebagai sarana untuk menjaga hubungan sosial dan memperkuat identitas budaya. Oleh karena itu, pola ilmu komunikasi yang digunakan dalam komunikasi nagari adat sangat penting untuk dipahami.
Setidaknya terdapat empat pola komunikasi yang digunakan dalam nagari adat. Pertama, Komunikasi Verbal : Komunikasi verbal di Minangkabau sering kali dilakukan melalui bahasa daerah, yaitu Bahasa Minangkabau. Penggunaan bahasa ini tidak hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai simbol identitas budaya. Dalam berbagai upacara adat, penggunaan bahasa Minangkabau menjadi sangat penting untuk menyampaikan pesan dan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi.
Kedua, Komunikasi Non-Verbal: Komunikasi non-verbal juga memainkan peran penting dalam masyarakat Minangkabau. Ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan simbol-simbol tertentu sering digunakan untuk menyampaikan makna yang lebih dalam. Misalnya, dalam acara adat, gerakan dan tata cara tertentu dapat menunjukkan rasa hormat dan penghargaan terhadap tamu.
Ketiga, Komunikasi Melalui Seni : Seni tradisional, seperti tari, musik, dan teater, merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sangat dihargai di Minangkabau. Melalui seni, masyarakat dapat menyampaikan cerita, nilai-nilai, dan sejarah mereka. Kegiatan seni ini sering kali diadakan dalam rangkaian acara adat, sehingga memperkuat rasa kebersamaan dan identitas komunitas.
Keempat, Komunikasi Interpersonal: Dalam konteks nagari adat, komunikasi interpersonal sangat penting untuk membangun hubungan antarindividu. Masyarakat Minangkabau cenderung mengutamakan hubungan kekeluargaan dan saling menghormati. Oleh karena itu, komunikasi yang baik dan efektif sangat diperlukan untuk menjaga keharmonisan dalam masyarakat.
Pola ilmu komunikasi dalam komunikasi nagari adat di Minangkabau mencerminkan kekayaan budaya dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya. Dengan memahami pola-pola ini, kita dapat lebih menghargai dan melestarikan tradisi serta budaya yang ada. Penting bagi generasi muda untuk terus belajar dan menerapkan pola komunikasi ini agar warisan budaya Minangkabau tetap hidup dan relevan di masa depan.(*/zoe)