SERIUS: Rapat Koordinasi OMC Karhutla yang digelar Pemprov Sumbar melalui BPBD Sumbar di Padang.(pemprov sumbar)
Padang,
Sindotime—Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) dilakukan Pemprov
Sumbar melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar. Ini sebagai
langkah darurat mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang tengah
meluas di beberapa kabupaten/kota di wilayah tersebut.
Langkah ini dilakukan atas kerja
sama BPBD Sumbar dengan Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan BMKG, menyikapi meningkatnya intensitas karhutla,
khususnya di Kabupaten 50 Kota dan Kabupaten Solok — dua daerah yang telah menetapkan status Tanggap Darurat Karhutla.
“Kalau tidak ada kendala, OMC
akan dimulai besok. Berdasarkan pemantauan, bibit awan hujan mulai terlihat di
langit 50 Kota dan Solok,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Sumbar, Rudy Rinaldy, dalam Rapat Koordinasi OMC Karhutla yang
digelar Kamis (24/7) di Padang.
Luas Lahan Terbakar Capai
500 Hektare
Rudy menyebut, hingga saat ini
tujuh kabupaten/kota telah melaporkan terjadinya karhutla
selama musim kemarau berlangsung. Total lahan yang terdampak mencapai hampir 500 hektare, dengan 50
Kota dan Solok sebagai wilayah terdampak paling parah.
Di luar pelaksanaan OMC, BPBD
Sumbar juga telah mengirimkan armada pemadam dan
pengangkut air ke lokasi terdampak, serta mengerahkan personel
gabungan untuk memadamkan titik-titik api.
“Upaya pemadaman terus
dilakukan secara masif. Kita ingin penanganan ini bisa cepat selesai,” tambah
Rudy.
OMC Dilakukan Intensif: 3
Kali Sehari, Hingga 29 Juli
Koordinator
Lapangan OMC Sumbar, Candra Fadilah, menjelaskan bahwa operasi
ini akan berlangsung mulai besok hingga tanggal 29
Juli 2025, dengan intensitas tiga
kali penerbangan per hari. Setiap kali terbang, pesawat akan
menyemai 1 ton garam ke area berpotensi awan hujan.
“Kami mulai sekitar pukul
09.00 pagi dan terakhir pada pukul 18.00 sore. Targetnya, setiap hari bisa
menyemai total 3 ton garam,” jelas Candra.
OMC bertujuan untuk memicu hujan buatan yang bisa membantu membasahi
lahan-lahan kering dan mempercepat pemadaman. Menurut data BMKG, efektivitas OMC dalam menciptakan hujan bisa mencapai 70-80% bila dilakukan dalam 8–10 kali penyemaian.
“Kalau kondisi awan mendukung,
curah hujan bisa naik 20% sampai 30%. Tapi tentu kita harus hitung peluangnya
dulu agar tidak sia-sia,” ujarnya.
Musim Kemarau Panjang, Dua
Daerah Butuh Penanganan Khusus
Kepala BMKG Stasiun BIM, Desindra Deddy Kuniawan, mengungkapkan bahwa Sumatera
Barat saat ini memasuki puncak
musim kering, dengan potensi kebakaran yang tinggi akibat cuaca
panas ekstrem dan nihilnya curah hujan di sejumlah daerah selama lebih dari dua
bulan.
“Dua daerah, yakni 50 Kota dan
Solok, sudah lebih dari 60 hari tidak diguyur hujan. Tanah dan hutan dalam
kondisi sangat kering, sehingga OMC menjadi langkah penting untuk mempercepat
hujan turun,” ujarnya.
Langkah Lanjutan
Setelah pelaksanaan OMC tahap
pertama, BPBD bersama BMKG akan mengevaluasi hasilnya dalam lima hari ke depan.
Jika awan potensial hujan masih tersedia, operasi kemungkinan akan diperpanjang
guna menekan penyebaran titik api di wilayah lainnya.(*/zoe)






