News, Opini  

Kurikulum Pendidikan Keselamatan Berlalu Lintas

OLEH: Djoko Setijowarno

(Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata/Waka PPW MTI Pusat)


PENDIDIKAN Keselamatan Berlalu lintas harus dimulai sejak
dini, terutama dari tingkat sekolah dasar. Anak-anak perlu dibekali pemahaman
mendalam tentang pentingnya keselamatan di jalan agar kelak mereka tumbuh
menjadi pengendara yang bertanggungjawab (Rivan A. Purwantono, 8 Januari 2025)

Pendidikan berkeselamatan berlalu lintas penting dilakukan
sejak dini untuk membentuk generasi pengguna jalan dan pengendara yang disiplin
dan bertanggung jawab. Indonesia sedang menghadapi tantangan besar dengan
tingginya angka kecelakan lalu lintas. korban kecelakaan terbesar pada usia 15
– 19 tahun (24 persen) dan usia 20 – 24 tahun (20 persen).

Setiap tahun, ribuan nyawa melayang di jalan raya dan banyak
oranng mengalami luka-luka dan meninggal dunia yang berdampak berarti pada
kehidupan ekonomi masyarakat. Jika luka berat akan menambah kelompok
disabilitas

Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang adalah suatu
keadaan terhindarnya setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas
yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, dan/atau lingkungan.

Sementara Pendidikan Keselamatan Bertransportasi adalah
pendidikan yang bertujuan untuk mencegah, menghindari, atau menanggulangi
risiko cedera dan kecelakaan. Pendidikan ini dapat dilakukan secara
berkelanjutan, terutama pada usia dini, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam berlalu lintas. Meningkatkan masyarakat akan keselamatan berlalu lintas.
Indonesia merupakan negara kepulauan, jadi tidak hanya keselamatan di jalan
raya, namun keselamatan di perairan.

Sebagian penduduk Indonesia menggunakan sarana perairan
untyuk bermobilitas baik di danau, sungai dan lautan. Salah satunya penggunaan
left jacket (baju pelampung) wajib digunakan untuk berlayar dengan kapal
terbuka. Baju pelampung merupakan salah satu alat penolong yang digunakan untuk
membantu mengapungkan diri di atas air pada saat terjadi kecelakaan di
perairan.

PT Jasa Raharja bersama Korp Lalu Lintas (Korlantas) Polri
mengintegrasikan Pendidikan Keselamatan Lalu Lintas ke dalam kurikulum
pembelajaran mulai dai tingkat sekolah dasar hingga menengah ke atas. Tahun
2016 pernah dilakukan pembagian buku-buku penbelajaran Keselamatan Berlalu
Lintas ke sekolah-sekolah oleh Korlantas Polri, namun tidak pernah berlanjut.
Bisa jadi tidak ada kerjasama dengan Kementerian Pendidikan Nasional pada saat
itu. Sekarang dilakukan kerjasama dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan
Menengah (Kemendikdasmen) agar dapat dengan mudah langsung terimplementasi.

Pada tahun 1970an, Jepang pernah menjadi satu negara dengan
angka kecelakaan cukup tinggi. Melalui pendidikan yang efektif, Jepang berhasil
membangun budaya keselamatan berlalu lintas, sehingga angka kecelakaannya
sangat rendah hingga sekarang. Di Jepang, pendidikan keselamatan lalu lintas
harus diberikan kepada dan diterima oleh tidak hanya oleh pesepeda dan lansia,
tetapi juga semua orang.

Tahun 1970 terdapat 16.765 orang kehilangan nyawa di jalan
raya. Pemerintah Jepang berupaya untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas,
dengan tujuan menjadikan jalan raya di Jepang yang paling aman di dunia.
Hasilnya dalam kurun waktu 33 tahun, yakni di tahun 2003 menurun drastis 8.632
meninggal dunia (turun 50,34 persen).

Kampanye mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas dilakukan
secara masif, dan tahun 2009 jumlah kematian di jalan berkurang dari 5.000
kejadian. Meskipun ada hampir lima kali lebih banyak mobil di jalan hari ini
dibandingkan tahun 1970, hanya ada sepertiga kematian akibat lalu lintas. Tahun
2020 menurun 65,90 persen (2.839 meninggal dunia), tahun 2021 turun 7,15 persen
(2.636 meninggal dunia) dan tahun 2023 menurun 0,68 persen (2.618 meninggal
dunia).

Usaha itu tampaknya dilakukan dengan gencar dan
sungguh-sungguh. Terbukti pada tahun 2020 kecelakaan kendaraan darat di Jepang
menewaskan 2.839 orang, memecahkan rekor terendah selama empat tahun
berturut-turut

Dalam Traffic Engineering Handbook 2008, kelompok-kelompok
yang menjadi sasaran pendidikan keselamatan lalu lintas secara garis besar
diklasifikasikan ke dalam dua kategori. Pertama, pejalan kaki, pesepeda, dan
pengemudi yang menerima pendidikan keselamatan lalu lintas secara langsung.
Kedua, yang terlibat dalam mempromosikan kegiatan pendidikan keselamatan lalu
lintas atau memberikan pendidikan/panduan keselamatan lalu lintas.

Demografi kecelakaan lalu lintas

Kecelakaan lalu lintas di Indonesia tidak banyak bekurang.
Data Korlantas Polri (2024), data kecelakaan lalu lintas untuk usia terbanyak 6
– 25 tahun (pelajar/mahasiswa) sebanyak 39,48 persen. Kelompok usia produktif
25 – 55 tahun sebesar 39,26 persen. Jenis moda transportasi yang terlibat,
sepeda motor 76,96 persen, truk 10,53 persen dan kendaraan umum 8,43 persen.

Tren kecelakaan dari tahun ke tahun menunjukkan tahun 2020
ada 101.496 kejadian, tahun 2021 ada 105.860 kejadian (naik 4,3 persen), tahun
2022 ada 139.422 kejadian (31,7 persen), tahun 2023 ada 150.491 kejadian (naik
7,9 persen) dan tahun 2024 ada 145.599 kejadian (turun 3,2 persen).

Perilaku pengemudi saat kecelakaan lalu lintas paling
disebabkan gagal menjaga jarak (24,50 persen). Berikutnya ceroboh terhadap lalu
lintas (20,76 persen), ceroboh saat belok (11,6 persen), ceroboh aturan lajur
98,53 persen), ceroboh saat menyalip (8,22 persen), melampaui batas kecepatan
(7,62 persen), melakukan aktivitas lain (4,15 persen), mengabaikan hak jalur pejalan
kaki (4,12 persen), gagal memberi isyarat 91,80 persen, dan mengabaikan aturan
lajur (1,69 persen).

Mendasari data PT Jasa Raharja (2025), rata-rata jumlah
kendaraan bermotor meningkat 4,01 persen atau 5,4 juta unit per setiap tahun.
Tahun 2018 sebanyak 126.702.280 kendaraan, 133.617.012 kendaraan tahun 2019
(naik 5,5 persen), 136.137.735 kendaraan tahun 2020 (naik 1,9 persen),
141.782.832 kendaraan tahun 2021 (naik 4,1 persen), 148.212.865 kendaraan tahun
2022 (naik4,5 persen) dan 154.188.399 kendaraan tahun 2023 (naik 4 persen).

Panjang jalan tol rata-rata meningkat 6,11 persen atau 6,5
km. Jalan tol tahun 2018 sepanjang 1.000 km. Naik 16,2 persen tahun 2019 (1.162
km), naik 2,5 persen tahun 2020 (1.191 km), naik 4,6 persen tahun 2021 (1.246
km), naik 1,1 persen tahun 2022 (1.260 km), dan tahun 2023 sepanjang 1.280 km.

Panjang jalan raya rata-rata meningkat 0,41 persen atau
2.227 km. Tahun 2018 sepanjang 540.252 km, tahun 2019 naik 0,3 persen (542.160
km). Tahun 2020 naik 0,5 persen (545.155 km), tahun 2021 naik 0,2 persen
(546.630 km), tahun 2022 naik 9,5 persen (549.161 km), tahun 2023 naik 0,5
persen (551.930 km).

Tidak terlambat

Indonesia tidak terlambat untuk memasukkan kurikulum
Pendidikan Keselamatan Berlalu Lintas dalam kurikulum pendidikan. Adanya
kurikulum pendidikan keselamatan berlalu lintas adalah untuk membangun
kesadaran dan etika berlalu lintas sejak dini. Dengan demikian, diharapkan
generasi muda dapat memahami dan menghargai pentingnya keselamatan di jalan.
Kurikulum keselamatan berlalu lintas dirancang untuk memberikan pemahaman
mendalam kepada siswa sekolah dasar hingga menengah atas.

Beberapa tujuan dari kurikulum keselamatan berlalu lintas
yang diharapkan adalah menurunkan angka kecelakaan, membentuk generasi
pengendara yang lebih disiplin dan bertanggung jawab, menciptakan tertib
berlalu lintas pada masa depan, mencegah pelajar menjadi korban sekaligus
tersangka dari kasus kecelakaan, mengembangkan awareness dari generasi muda
untuk tertib lalu lintas, mengetahui arti rambu-rambu jalan, memahami cara
berkendara yang baik.

Tujuan akhirnya adalah untuk membangun generasi sadar
keselamatan berlalu lintas sejak dini, sebagai langkah awal menuju Indonesia
Emas 2045.(***)