DISALURKAN: Anggota BPBD Agam sedang menyalurkan air bersih kepada warga yang terdampak di Canduang dan Ampekangkek.(bpbd agam)
Agam, Sindotime-Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Agam hingga kini masih menunggu hasil kajian resmi dari Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait dugaan keterkaitan
fenomena kekeringan di Kecamatan Canduang dan Ampekangkek dengan aktivitas
jalur Sesar Sianok.
Kepala Bidang Kedaruratan dan
Logistik BPBD Agam, Ichwan Pratama Danda, menyebut pihaknya belum dapat
memastikan adanya hubungan antara gejala kekeringan yang terjadi beberapa waktu
lalu dengan aktivitas sesar aktif tersebut. “Kami belum menerima laporan
resmi dari BMKG. Jadi belum bisa menyimpulkan atau mengambil langkah mitigasi
khusus,” ujarnya, Kamis (16/10).
Kekeringan yang melanda dua
kecamatan tersebut berlangsung sejak akhir Agustus hingga September akibat
kemarau panjang. Dalam masa darurat itu, BPBD bersama PDAM, PMI, dan unsur
pemerintahan lainnya menyalurkan lebih dari 1,1 juta liter air bersih ke
belasan nagari terdampak, dengan puncaknya pada 10 September saat 72 ribu liter
air dikirim dalam sehari.
Saat ini, kondisi berangsur
pulih seiring meningkatnya curah hujan dan kembalinya aliran air dari
sumber-sumber lokal warga. Status tanggap darurat pun resmi dihentikan sejak 30
September 2025. Meski demikian, BPBD tetap melakukan pemantauan untuk
mengantisipasi kemungkinan kekeringan susulan.
Di sisi lain, BMKG
Padangpanjang mengamati adanya keanehan pada fenomena kekeringan kali ini.
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Padangpanjang, Suaidi Ahadi, mengungkapkan bahwa
kekeringan terjadi di tengah curah hujan yang relatif normal, dan sumur-sumur
kering berada di dekat jalur Sesar Sianok, bagian dari Patahan Besar Sumatra.
“Fenomena ini tidak biasa,
karena terjadi bersamaan di dua kecamatan, dan lokasi sumur-sumur itu dekat
dengan sesar aktif,” kata Suaidi.
BMKG juga mencatat adanya
peningkatan aktivitas seismik di wilayah sekitar, termasuk 47 kali gempa kecil
dengan magnitudo 1,0 hingga 3,5 di Pasaman sejak 13 Oktober. Pihaknya masih
meneliti apakah kekeringan tersebut berkaitan langsung dengan aktivitas
tektonik, atau sekadar dipengaruhi faktor geologi lokal lainnya seperti
pergerakan air tanah.
Pemerintah Siapkan Langkah Antisipasi
Menanggapi situasi ini,
Sekretaris Daerah Kabupaten Agam, M. Lutfi, menyatakan bahwa pemerintah daerah
akan berkoordinasi dengan BPBD dan BMKG setelah hasil kajian lengkap tersedia.
“Kalau memang terbukti ada
pengaruh dari jalur sesar, tentu perlu ada kebijakan mitigasi bersama, termasuk
edukasi warga dan penguatan infrastruktur air bersih,” katanya.
Untuk sementara, Pemkab telah
meminta BPBD tetap memantau kondisi air tanah dan sumur warga secara rutin,
serta menyiapkan respons cepat jika gejala kekeringan muncul kembali.(*/zoe)