DIRENDAM: Salah satu rumah warga di Kecamatan Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar dilanda banjir.(mc riau)
Kampar, Sindotime-Hujan deras yang menguyur Provinsi Riau
sejak beberapa waktu lalu, menyisakan kepedihan bagi warga di Kecamatan Gunung
Sahilan, Kabupaten Kampar. Berbagai cerita tentang ketegaran dan perjuangan
hidup warga berlangsung pilu. Banjir yang datang dengan cepat telah merendam
pemukiman warga, mengubah suasana yang semula damai menjadi penuh tantangan.
Saat hujan deras terus mengguyur, suara gemuruh air yang
mengalir menjadi teman sehari-hari warga Desa Sahilan Darussalam, Gunung
Sahilan, dan Subarak. Rumah-rumah yang sebelumnya berdiri kokoh kini terendam,
menjadikan kawasan tersebut tampak seperti pulau-pulau kecil di tengah lautan
air. Lebih dari 400 kepala keluarga terpaksa meninggalkan rumah mereka yang
terendam dan berjuang untuk beradaptasi dengan kehidupan yang serba terbatas.
Genangan air yang mencapai ketinggian 25 hingga 60
sentimeter menghambat segala aktivitas. Desa Sahilan Darussalam, Gunung
Sahilan, dan Subarak menjadi wilayah yang paling terdampak. Rina, seorang ibu
rumah tangga dari Desa Sahilan Darussalam, berbagi kisahnya. “Rasanya
seperti hidup di perahu. Setiap hari, kami harus berhati-hati agar tidak
terpeleset dan menjaga anak-anak agar tetap aman,” ujarnya sambil
mengingatkan pentingnya mengawasi anak-anak dari bahaya air yang menggenangi
rumahnya.
Banjir ini terjadi akibat hujan deras yang mengguyur dalam
beberapa hari terakhir, menyebabkan Sungai Subayang, Sungai Lipai, dan Sungai
Kuantan meluap dan membawa limpahan air ke pemukiman warga. Sekretaris Camat
Gunung Sahilan, Hengki, menjelaskan bahwa Dusun Pulau Baru merupakan kawasan
yang paling parah terdampak. “Hampir seluruh rumah di dusun ini terendam,
dengan ketinggian air yang mencapai setinggi pinggang orang dewasa,”
katanya.
Selain itu, satu-satunya jalan yang menghubungkan dusun dengan
daerah lain juga rusak parah. Beberapa warga memilih untuk mengungsi ke posko
darurat, namun banyak yang memilih tinggal di rumah saudara-saudara mereka yang
tidak terdampak. “Tinggal bersama keluarga lebih nyaman daripada di posko,
meskipun ini bukan solusi jangka panjang,” terang Hengki.
Beberapa warga tetap bertahan di rumah meski air telah
merendam. Mereka membuat pelangkin atau panggung darurat untuk melindungi
barang-barang berharga mereka dari genangan air. Hal ini menjadi kebiasaan
tahunan, mengingat banjir sering kali terjadi di wilayah tersebut.
Namun, di balik kesulitan itu, semangat gotong royong tetap
terjaga. Warga saling membantu membersihkan rumah dan menyelamatkan
barang-barang yang masih bisa diselamatkan. “Kami saling bantu, berbagi makanan,
dan memberikan dukungan moral satu sama lain,” kata Pak Ahmad, seorang
warga Desa Sahilan Darussalam.
Kepala Dusun Pulau Baru, Mersusanto, melaporkan bahwa
sekitar 155 KK di dusunnya terdampak langsung oleh banjir. “Alhamdulillah,
belum ada korban jiwa, tapi akses ke dusun kami sangat terganggu,”
ujarnya. Ia berharap pemerintah dapat segera menyelesaikan masalah yang terjadi
setiap tahun akibat banjir ini.
Tentu saja, pemerintah tidak tinggal diam. Bantuan logistik
dalam bentuk makanan, minuman, dan obat-obatan telah disalurkan kepada warga
yang terdampak. Posko pengungsian didirikan untuk memberikan tempat tinggal
sementara bagi mereka yang rumahnya tidak dapat ditempati. Asisten I Setdaprov,
Zulkifli Syukur, meninjau langsung lokasi bencana dan menyalurkan bantuan.
“Kami memberikan bantuan berupa beras, mie instan, gula, minyak goreng,
dan kebutuhan pokok lainnya,” ujarnya, berharap bantuan tersebut dapat
meringankan beban warga.
Meski begitu, bencana ini memberikan pelajaran berharga bagi
warga. Mereka mulai menyadari pentingnya menjaga lingkungan dan mengambil
langkah pencegahan terhadap banjir. “Kami harus lebih peduli terhadap
lingkungan sekitar. Kami sangat berterima kasih atas bantuan yang diberikan
pemerintah,” ujar Bu Aminah, salah seorang pengungsi.
Dalam masa sulit ini, semangat warga Gunung Sahilan tetap
teguh. Dengan saling mendukung dan gotong royong, mereka yakin dapat mengatasi
segala tantangan yang datang. Keikhlasan dan ketegaran mereka adalah bukti
bahwa di tengah cobaan, ada harapan dan kekuatan untuk bangkit.(*/zoe)