PENEKANAN: Gubernur Riau, Abdul Wahid ketika menghadiri Rapat Koordinasi Jambore Karhutla 2025.(mc riau)
Pekanbaru, Sindotime-Gubernur Riau, Abdul Wahid menegaskan,
status siaga darurat di wilayahnya bisa saja ditingkatkan menjadi tanggap
darurat, ini untuk menghadapi ancaman kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang
terus mengintai. Peringatan ini muncul menyusul peringatan Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menyebut Riau mulai memasuki musim
kemarau pada Mei 2025.
“Karhutla ini tidak bisa ditangani oleh satu atau dua pihak
saja. Harus ada sinergi dari seluruh elemen, baik pemerintah daerah, instansi
vertikal, maupun masyarakat. Kita semua punya tanggung jawab yang sama,” tegas
Gubri dalam Rapat Koordinasi Jambore Karhutla 2025, Kamis (17/4), di Kantor
Gubernur Riau.
Pemprov Riau, lanjut Wahid, berkomitmen penuh mengantisipasi
ancaman Karhutla yang kerap membayangi Bumi Lancang Kuning saban musim kemarau.
Ia menekankan pentingnya kesiapsiagaan dan kolaborasi yang solid antarinstansi.
“Meskipun Karhutla terjadi, kita harus siap. Penanganan yang
kita lakukan hari ini akan menjadi tolak ukur keberhasilan kita di masa depan,”
ujarnya optimis.
Peringatan ini bukan tanpa dasar. Menurut laporan Penjabat
Sekretaris Daerah Provinsi Riau, masa transisi dari musim hujan ke kemarau
sejak Januari hingga April telah disikapi dengan berbagai langkah pencegahan.
Mulai dari patroli titik api, pemantauan tinggi muka air gambut, hingga
pemadaman dini telah dilakukan secara intensif.
BMKG memperkirakan musim kemarau di Riau akan datang lebih
cepat tahun ini, dengan puncaknya terjadi pada Juni. Merespons hal itu,
sejumlah langkah strategis sudah disiapkan. Mulai dari Apel Siaga, Fun Run
Karhutla, hingga Jambore Karhutla akan digelar pada Mei sebagai bentuk edukasi
sekaligus penguatan kesiapsiagaan.
Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Karhutla Nasional serta
aktivasi Posko Utama juga sedang berlangsung, sebagai bagian dari upaya terpadu
yang lebih besar. Selama Juni hingga Oktober, perhatian penuh akan diberikan
pada pemadaman darat dan udara, penegakan hukum, serta pelayanan kesehatan bagi
warga terdampak.
Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) tahap kedua direncanakan pada
Oktober sebagai bagian dari upaya teknis jangka panjang. Sementara evaluasi
status siaga akan dilakukan pada November, sebagai bahan refleksi dan
perencanaan tahun berikutnya.
“Informasi terkait siaga darurat ini harus terus diperkuat.
Hanya dengan komunikasi yang efektif dan aksi nyata, mitigasi Karhutla bisa
berjalan maksimal,” tutup Gubri.(*/zoe)