KERJA KERAS: Tim posko darurat kekeringan di kecamatan amperk angkak terlihat berjibaku untuk menyalurkan air warga.(bpbd agam)
Agam, Sindotime–Tak terasa, Posko Tanggap Darurat Kekeringan
di Kecamatan Ampekangkek, Agam sudah beroperasi sebagai pusat koordinasi
penanganan krisis air bersih selama satu bulan, posko tersebut resmi ditutup
pada Selasa (30/9) malam. Keputusan ini diambil setelah evaluasi bersama unsur
terkait, seiring berkurangnya permintaan suplai air dari masyarakat.
Bencana kekeringan akibat kemarau panjang sejak Agustus lalu
membuat ratusan keluarga di wilayah Ampekangkek dan Canduang kesulitan
mendapatkan air bersih. Selama masa tanggap darurat, BPBD bersama PDAM, PMI,
pemerintah kecamatan, nagari, serta Kelompok Siaga Bencana (KSB) bekerjasama
menyalurkan air ke berbagai nagari terdampak.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Agam, Ichwan
Pratama Danda, menjelaskan penutupan posko dilakukan karena kebutuhan
distribusi mulai menurun. “Beberapa sumber air sudah kembali ada, meski
kondisinya masih keruh. Kami imbau masyarakat untuk menyaring air sebelum
digunakan,” jelasnya.
Selama tanggap darurat, tercatat lebih dari 1,1 juta liter
air bersih didistribusikan ke belasan nagari. Pendistribusian dilakukan hampir
setiap hari dengan puncak pada 10 September, saat 72 ribu liter air disalurkan
ke empat nagari sekaligus. Nagari yang paling sering menerima pasokan antara
lain Biarogadang, Pasia, Batutaba, Panampuang, Lambah, Balaigurah, dan Canduang
Kotolaweh.
Ichwan menambahkan, keputusan penutupan posko juga didukung
oleh prediksi BMKG yang memperkirakan curah hujan berintensitas sedang hingga
tinggi dalam beberapa hari ke depan. “Kondisi ini diharapkan bisa mengurangi
dampak kekeringan. Namun, BPBD tetap siaga jika hujan tidak turun sesuai
prediksi,” ujarnya.
Menurutnya, pemantauan kondisi lapangan akan terus
dilakukan. Jika dalam sepekan ke depan curah hujan tidak turun dan sumber air
kembali mengering, pemerintah kecamatan diminta segera melapor agar BPBD bisa
kembali melakukan suplai air bersih.
Pemerintah Kabupaten Agam menyampaikan apresiasi atas peran
semua pihak dalam penanganan krisis ini. Kolaborasi lintas sektor dinilai
sangat menentukan keberhasilan distribusi air bersih bagi masyarakat yang
terdampak kekeringan.
Di sisi lain, Pemkab juga mengingatkan masyarakat untuk
tetap hemat air dan memanfaatkan air hujan sebagai cadangan. “Penanganan
kekeringan ini menjadi pembelajaran bersama agar kita lebih tangguh menghadapi
dampak perubahan iklim,” sebut BPBD dalam laporan evaluasinya.
Dengan ditutupnya posko tanggap darurat, fase darurat resmi
berakhir. Namun, BPBD Agam menegaskan akan tetap siaga, karena potensi
kekeringan bisa muncul kembali jika cuaca berubah ekstrem. “Kami tidak lengah.
Prinsipnya, kebutuhan air warga adalah prioritas,” tegas Ichwan.(*/zoe)