Agam, Sindotime—Upaya peremajaan (replanting) kebun sawit rakyat di Sumatera Barat mulai menunjukkan hasil konkret. Setelah empat tahun proses pemeliharaan, sejumlah kebun yang diremajakan kini memasuki masa panen pertamanya. Salah satu lokasi yang telah memanen adalah lahan plasma Koperasi Perkebunan Sawit (KPS) Tompek Tapiankandis di Kabupaten Agam, pada Kamis (13/11).
Panen perdana ini menjadi tonggak penting yang menandai keberhasilan program replanting yang bergulir sejak 2018. Dukungan pendanaan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS)—yang nilai hibahnya meningkat hingga tiga kali lipat—mendorong percepatan peremajaan dan meningkatkan optimisme petani.
Baca juga : Perkuat Edukasi Publik, Rekrutmen…
Gubernur Sumbar, Mahyeldi, menyebut bahwa replanting merupakan langkah strategis untuk menjaga keberlanjutan dan produktivitas kebun rakyat. “Program ini kita jalankan untuk memastikan kebun sawit rakyat tetap produktif, dengan dukungan penuh dari BPDPKS,” ujarnya.
Hingga kini, sebanyak 14.919 hektare kebun rakyat telah diremajakan dengan total bantuan sekitar Rp463 miliar. Nilai hibah pun berkembang signifikan: dari Rp25 juta per hektare (2018–2021), naik menjadi Rp30 juta per hektare (2022–2024), dan pada 2025 meningkat hingga Rp60 juta per hektare.
Di KPS Tompek Tapiankandis, bantuan diberikan dalam dua periode, yakni 143,75 hektare pada 2020 dan 145,30 hektare pada 2022, dengan total nilai hampir Rp8 miliar. Menurut Mahyeldi, capaian koperasi ini menunjukkan bahwa replanting mampu memberikan dampak ekonomi nyata bila dikelola secara profesional.
Baca juga : Tiba di Agam, 647 Prajurit Yonif…
Bupati Agam, Benni Warlis, juga menilai panen perdana tersebut sebagai hasil dari kolaborasi erat antara petani, koperasi, pemerintah, dan perusahaan mitra. Ia mendorong petani untuk tidak menunda peremajaan, mengingat bibit sawit generasi baru dapat mulai berbuah dalam waktu sekitar tiga tahun.
“Replanting tidak hanya meningkatkan produksi, tetapi menjadi fondasi keberlanjutan ekonomi masyarakat. Sambil menunggu sawit tumbuh, petani pun bisa memanfaatkan lahan dengan tumpang sari seperti jagung,” katanya.
Dari total 10 ribu hektare lahan plasma di Agam, masih banyak yang membutuhkan peremajaan. Saat ini sekitar 500 hektare sudah memasuki masa panen, menunjukkan progres yang menggembirakan.
Baca juga : Kantongi 4 emas…
Dukungan bagi program ini juga datang dari pihak perusahaan. Manager PT AMP Plantation, Mr. Low Kim Seng, menyatakan komitmen perusahaan untuk terus mengawal peremajaan, baik di lahan inti maupun plasma masyarakat.
Keberhasilan panen perdana tersebut diharapkan menjadi pemantik bagi daerah lain di Sumbar untuk mempercepat peremajaan kebun. Pada 2025, program replanting menargetkan 5.400 hektare yang tersebar di tujuh kabupaten: Dharmasraya, Sijunjung, Solok Selatan, Pesisir Selatan, Agam, Pasaman, dan Pasaman Barat.
“Yang kita bangun bukan hanya kebun sawit, tetapi kemandirian ekonomi masyarakat,” ujar Benni. “Sawitnya tumbuh, jagungnya panen, ternaknya berkembang—dan pada akhirnya, kesejahteraan masyarakat meningkat,” akunya.(*zoe)
Selanjutnya : Setelah Sekian Lama, Terduga Pembunuhan…






