Padang Pariaman, Sindotime-Stasiun Kayu Tanam (KTN) menjadi salah satu simpul penting jaringan rel Sumatera Barat yang terletak di wilayah tengah Kabupaten Padang Pariaman. Stasiun kelas II ini berada pada jalur historis Teluk Bayur–Padang–Lubuk Alung–Sawahlunto di titik KM 60+038 pada ketinggian +144 mdpl. Sejak mulai beroperasi pada awal 1900-an, keberadaannya menjadi bagian tak terpisahkan dari perkembangan transportasi berbasis rel di Minangkabau.
Jejak Sejarah dan Peran Strategis
Menurut Kepala Humas KAI Divre II Sumatera Barat, Reza Shahab, stasiun ini tumbuh bersamaan dengan pembangunan jaringan rel oleh Pemerintah Hindia Belanda. Kala itu, jalur kereta dibangun untuk mempermudah distribusi hasil tambang dan komoditas dari pedalaman menuju pelabuhan. Letak Kayu Tanam yang berada di lintasan perbukitan menjadikannya simpul kunci, terutama karena pernah menjadi titik awal jalur kereta bergigi (rack railway) menuju Padang Panjang—satu-satunya jalur bergigi di Sumatera Barat. Walau tak lagi beroperasi, warisan teknologinya menjadi bagian penting sejarah perkeretaapian Indonesia.
Baca juga : ParagonCorp Raih Pengakuan sebagai Salah Satu Indonesia’s Best Managed Companies 2025 Ketiga Kalinya
Status Cagar Budaya
Stasiun Kayu Tanam kini tercatat sebagai bangunan cagar budaya melalui SK Nomor 432-144-2019 dengan nomor registrasi KB003149. Elemen arsitektur peninggalan kolonial masih dipertahankan: tiang besi tempa, jendela kayu berukuran besar, hingga struktur langit-langit yang tinggi. Seluruhnya menjadi bukti bagaimana desain bangunan pendukung transportasi pada masa itu turut mencerminkan dinamika sosial dan ekonomi masyarakat.
Transformasi Layanan Kereta
Memasuki era modernisasi, KAI mengaktifkan kembali layanan angkutan lokal di kawasan ini. Pada 1 November 2016, rute Lubuk Alung–Kayu Tanam resmi beroperasi, kemudian diperluas hingga Bandara Internasional Minangkabau (BIM) pada 22 Maret 2019. Kini, Stasiun Kayu Tanam melayani 6 perjalanan harian KA Lembah Anai relasi Kayu Tanam–BIM. Kehadiran layanan ini membuka akses yang lebih cepat dan terjangkau bagi warga sekitar yang bekerja, belajar, maupun bepergian menggunakan pesawat.






